Dari sebuah keluarga sederhana didesa sekolilo, dikaki gunung
kendeng, lahirlah seorang anak laki-laki yang berwajah rupawan. Dia begitu
tampan dan menawan bagi tiap orang yang memang sering berkunjung kegubuk tua
itu, yang tak lain hanya untuk mengagumi kuasa sang Pencipta. Anak lelaki itu,
diberi nama Andi Haryadi.
Andi, panggilan akrabnya mengawali
hidupnya dengan terlahir sebagai anak yatim, ia telah ditinggal ayahnya saat ia
masih ada dalam kandungan. Tepat ketika sang bunda tengah bersusah payah
menahan beban sakit, akibat dari umur kandungan yang semakin mendekati 9 bulan
10 hari.
Dengan segala keterbatasannya itu, Andi
memang telah hidup berdua dengan ibundanya. Semenjak kecil ibunyalah yang
dengan sangat telaten merawatnya. Satu-satunya orang yang paling dicintai Andi
itu senantiasa memberikan segala hal yang dibutuhkan Andi meskipun dengan
segala kekurangan.
Andi dan ibundanya tinggal berdua
disebuah rumah yg sangat kumuh, yang merupakan peninggalan dari almarhum bapak Andi.
Dirumah itu, ibunda Andi mencurahkan segala kasih sayangnya kepada anak semata
wayangnya itu. Begitu juga dengan sang anak. Andi tak pernah putus hormat
kepada ibundanya. Ia sadar, ibundanya adalah malaikat yang akan membantunya
kelak untuk memasuki sorga Illahi.
Begitu sayangnya sang ibu kepada
dirinya, sampai-sampai bunda rela melakukan pekerjaan apapun, walaupun itu
hanya seorang buruh cuci atau kerja serabutan. Bahkan, tak jarang sang bunda
harus pulang hingga larut, karena pekerjaannya itu.
Melihat kondisi ibundanya yang begitu
berat, Andi remaja terlihat sangat gelisah. Muncul banyak pergulatan dibenak Andi,
antara tak tega melihat ibundanya bersusah payah, dengan keinginan hati Andi
untuk bekerja mencari penghasilan lebih untuk membantu ibundanya.
Tiba-tiba, muncul sebuah ide kreatif
dari Andi remaja. Di usianya yang baru 12 tahun, Andi mulai mendapat
penghasilan, tanpa diketahui oleh sang bunda. Di sela waktu sekolahnya, Ia
begitu tekun menjual layangan hasil karyanya dari buku-buku bekas yang tak
terpakai, dan bambu yang didapat dari mencari di hutan. Hal itu Andi lakukan,
karena ia ingin semua impiannya tercapai.
Andi
adalah seorang remaja yang sangat luar biasa, ia menulis setiap impiannya dalam
suatu kertas dan menempelnya di tiap sudut kamarnya. Tindakan Andi yang
dianggap nyeleneh itu, akhirnya membuat banyak kawannya-kawannya tertawa
melihat kelakuannya itu. Mereka menganggap, bahwa impian Andi itu terlalu
tinggi dan muluk-muluk. Mereka menganggap, bahwa orang miskin seperti mereka
dan Andi itu tak pantas bermimpi tinggi.
Mendapat
perlakuan seperti itu, Ia tak lantas berkecil hati. Ia malah menjadikan setiap
tertawaan itu sebuah motivasi untuk meraih impian-impiannya. Ia yakin, bahwa
dibalik kesabaran dan keyakinannya itu, ada seseorang yang berperan penting
untuk membantu mewujudkannya, yaitu sang bunda.
Usia remaja Andi dilaluinya dengan
sangat berat. Ia berangkat sekolah hanya dengan berjalan kaki, tak tampak
barang mewah buatan pabrik yang dibawanya. Sepatu dan tas sekolah adalah barang
yang teramat mahal baginya dan ibundanya. Hingga akhirnya ia harus rela
bersekolah hanya dengan membawa tas kantong plastik tanpa mengenakan alas kaki.
Di sekolah, Andi sering diejek
teman-temannya. Pada suatu hari, teman-teman mengejek ia dengan sebutan si pungguk raja mimpi. Itu mereka
lakukan, karena jengah melihat Andi yang tak pernah menyerah untuk bermimpi. “sudah
miskin, banyak bermimpi lagi...dasar tolol kau Andi” teriak santo dari pojok
ruang kelas. Mendapat umpatan seperti itu, hanya senyuman tipis yang tampak
dari balik wajah tampannya itu. “semua berawal dari mimpi kawanku, cobalah
bermimpi!!!” jawab ia, seraya berlalu meninggalkan santo sendirian. Mendapatkan
jawaban yang tak menyenangkan, membuat mereka diam. Entah kenapa mereka diam,
namun dengan ini Andi pun semakin tergerak untuk mewujudkan mimpinya
Kini Andi
menginjak usia muda. Satu demi satu impiannya telah diberi jalan oleh sang Maha
Esa hingga terkabul. Ia selalu juara kelas, bahkan membuatnya senantiasa
mendapat beasiswa. Banyak hal telah ia dapatkan, namun masih ada yang
mengganjal dihatinya. Ia masih bermimpi akan menjadi orang kaya, dan melepaskan
ibundanya dari beban hidup yang sangat berat.
Didalam
pergolakan hati dan pikirannya itu, Andi bertemu dengan santo. Teman semasa
SMPnya dulu itu, sekarang telah menjadi orang kaya. Terlihat sebuah mobil Ranger warna putih, menjadi
tunggangannya, selain itu banyak barang-barang mewah yang menempel disekujur
tubuhnya, seperci cincin akik berlapiskan emas, jam tangan merk rolex, HP
android keluaran teranyar, serta masih banyak lagi yang lainnya.
Santo memang telah lama merantau
kekota. Ia pergi dari rumah, seminggu sebelum Ujian Nasional SMP disekolahnya.
Kabarnya ia kabur lantaran mencuri uang milik pak rahmat, orang terkaya didesa
itu. Orang tuanya sendiri, sudah menyerah melihat kenakalan santo.
Pertemuannya
dengan santo itu, membuat Andi serasa mendapat angin segar untuk merubah hidup.
Ia ingin, impiannya yang tinggal satu-satunya itu bisa tercapai. Ia ingin
merubah hidup, ia ingin menjadi orang kaya raya seperti santo. Ia seperti tak
percaya atas nasib yang dialaminya. Andi termasuk anak yang pintar semasa SMP
dulu, bahkan jauh diatas kepintaran santo. Akan tetapi kini, santolah yang
dianggap lebih sukses dan menjadi kaya raya.
Melihat
kondisi kawan lamanya itu, santo menawarkan sebuah cara agar Andi dapat menjadi
kaya dan hidup enak. Tanpa banyak tanya, segera saja tawaran pekerjaan santo
dikota itu diterima oleh Andi.
Tak berapa
lama, setelah meminta ijin kepada ibundanya itu. Andi dan santo berangkat
kekota. Mereka berdua menjalankan bisnis yang sebelumnya Andi tak mengetahui
apa yang akan dikerjakannya. Namun, semuanya berubah. Niat awal Andi yang
menggebu-gebu bekerja dengan santo akhirnya sedikit luntur. Ternyata, apa yang
selama ini dikerjakan santo hingga dia kaya itu adalah sebagai perampok sadis
yang dikenal sebagai kelompok kapak merah.
Batin Andi berkecamuk,
kemarahan dan penyesalan datang silih berganti. Akan tetapi, nasi telah menjadi
bubur. Andi terlanjur berpamitan kepada ibundanya, dan dia berjanji tidak akan
pulang sebelum kaya. Hal itulah yang telah membuat Andi tetap melanjutkan
bisnis haramnya itu bersama santo.
Kejahatan
demi kejahatan berulangkali dilakukan oleh geng kapak merah. Dengan anggota
baru Andi yang secara fisik tampak sebagai orang baik-baik, telah memudahkan
geng tersebut untuk melakukan banyak kejahatan. Hingga suatu kejadian terjadi.
Kejadian perampokan di jalan raya pati-purwodadi yang terkenal sebagai jalur
tengkorak.
Malam itu,
hujan gerimis turun rintik-rintik, menambah dingin suasana. Seperti biasa, geng
kapak merah telah bersiap siaga melancarkan aksinya membegal pengendara motor
yang lewat jalan itu, pada tengah malam. Andi yang telah banyak sukses
menghasilkan perampokan besar selama ini, dipercaya untuk memimpin penjegalan
malam ini. “bang Andi, kau hebat malam-malam kemarin. Marilah sekarang abang
yang pimpin kami beraksi” pinta Begog, salah seorang anggota geng. “okelah
bang, siapa takut. e ayo kita cabut”jawab Andi. Dengan segera, perampokan malam
itu membuahkan hasil. Tak berapa lama persembunyian mereka, akhirnya lewat
sebuah motor dengan kecepatan yang tak begitu cepat. Kemudian dengan sekali
gertakan, Begog meloncat ketengah jalan, sengaja menghadang pengendara
tersebut. Untung saja pengendara tersebut tak jatuh ketika hendak menghindar.
“serahkan uang dan motormu, atau kamu pilih mati!”teriak begog. Keadaan diambil
alih oleh Andi. Dia lantas menemui si pengendara motor tadi yang ternyata
perempuan setengah baya sedang menangis ketakutan. Segala permohonan ampun tak
digubris begog dan kawanan geng kapak merah yang lain, namun berbeda dengan Andi.
Andi
terlihat diam membisu menyaksikan ibu tadi. Batin Andi berontak, ia teringat
kembali ibundanya tercinta didesa. Tampaknya wajah sang ibu tadi mengingatkan Andi
kepada ibundanya sendiri. Pastilah ibundanya akan sedih melihat perilaku anak
semata wayangnya ini telah berubah. Andi
menangis ditengah renungannya. “kasihan ibuku, apa aku tega mengecewakannya ?”.
ia tak mampu lagi melangkah lebih dalam ke dalam keahatannya itu. Tiba-tiba Andi
bersimpuh dihadapan ibu tadi. Ia mengangis menjerit-jerit meminta ampun.
Melihat kawannya telah berubah, kawanan geng kapak merah pun kabur hingga
meninggalkan Andi seorang diri setelah si ibu tadi juga kabur meminta
pertolongan warga.
Sejak
kejadian itu, Andi telah sadar atas kekhilafannya. Ia kembali kepada ibundanya
dan meneruskan perjuangan mewujudkan mimpi-mimpinya dengan jalan yang baik. Dengan dukungan ibunya
ia berhasil mewujudkan mimpi terakhirnya. Dengan ijasah dan kepintarannya, ia
berhasil mendapatkan beasiswa S1. Dan dengan predikat sarjana, sekarang Andi
telah mendapat pekerjaan dan bahkan dipercaya sebagai manager sebuah hotel
berbintang di kota solo. Dan begitupun mimpi-mimpi seterusnya yang terwujud
dengan luar biasa. Kini teman-temannya terkagum-kagum akan keberhasilannya, dan
berbondong-bondong untuk menjadi teman dan inspirasinya.
(Marta Aditya SM)
Belum ada tanggapan untuk "1000 IMPIAN SANG PEMIMPI"
Posting Komentar